Followers

My Blog

Anda pengunjung ke

Vocation

Vocation
Kota tua Ampenan [bukan sisa perang]
Diberdayakan oleh Blogger.

Vocation

Vocation
Sisi lain kota tua Ampenan
Minggu, 08 Mei 2011

Jangan-Jangan Kitalah yang "NII"

Hingar bingar kontroversi pembangunan gedung DPR seakan tertelan bulat-bulat dengan kemunculan bom bunuh diri dan merebaknya kasus orang hilang yang diduga kuat dilakukan oleh gerakan NII.
NII (Negara Islam Indonesia) yang dicetuskan Kartosuwiryo puluhan tahun silam sampai hari ini masih menyisakan tanda tanya besar, mengingat keterkaitan gerakan ini dengan tingkah polah "segelintir" orang yang sepertinya mengatasnamakan NII--terlepas dari mendiasporanya NII menjadi KW9 atau yang lainnya.
Munculnya NII atau gerakan-gerakan lain di bumi Indonesia ini mestinya tidak dilihat sebagai sesuatu yang "haram", melainkan diakomodir sebagai pemikiran yang hidup, dan diberikan ruang ekspresi dan dialog dengan gerakan atau pemikiran lain sehingga nanti dapat memunculkan pemikiran alternatif. Sebab sekeras atau selunak apapun suatu gerakan atau pemikiran, maka waktu jualah yang akan menentukan keeksisannya.
Sepak terjang NII--seperti yang terberitakan media--yang misiolinis dengan biasan merampok, mencuri, dan menghipnotis para "korbannya" setidaknya menjejakkan beberapa hal, pertama terjadi pembusukan terhadap gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama, dan dianggap akan merong-rong eksistensi NKRI. Kedua, sebagai salah satu desain dari skenario besar dalam rangka mempekatkan kabut asap agar masyarakat "merem" dari persoalan utama di negeri ini. Ketiga, hilangnya kesabaran "mantan" anggota NII dalam mewujudkan cita-citanya sehingga menghalalkan segala cara demi mengumpulkan dana segar guna membiayai gerakan yang massif. Keempat, keserakahan dari orang-orang yang demikian hedonis dan menjadikan "NII" sebagai mesin pencari keuntungan.
Penjejakan "NII" ini menyiratkan satu hal bahwa, bayangan kelamnya sudah melekat erat dalam diri masing-masing kita. Ibarat tangan yang menunjuk, jika "NII" itu jari telunjuk maka jari tengah, jari manis, dan jari kelingking adalah kita sendiri. Atau gumaman lain, jangan-jangan kitalah "NII" yang sebenarnya. Diri kitalah yang tak sadar dan telah lama membusukkan orang lain. Kitalah yang sering tidak jujur dan menutup-nutupi segala sesuatu dengan kepura-puraan, seperti berpura-pura menyembah Tuhan tetapi jauh di dasar hati menginginkan surga-Nya.
Atau mungkin, kitalah yang tidak kuat menunggu datangnya kenikmatan, sehingga sesegera mungkin mereguk kenikmatan itu tanpa mengindahkan cara. Lantas membuat kita serakah dan menjadikan orang lain menjadi tidak layak...
Jangan-jangan kitalah yang "NII" itu yang membangun masjid, islamic center, mushalla, madrasah di atas kesusah-payahan orang lain, dengan dalih agama, dengan ayat-ayat hipnotis, dengan kharisma palsu, dengan sumbangan "wajib", atau dengan undang-undang sepihak.
Jangan-jangan kitalah yang "NII" sejati... yang memotong dan mengamputasi hak orang lain tanpa ampun...

Mataram | 01.40 dini hari
read more "Jangan-Jangan Kitalah yang "NII""

About Me

Foto Saya
Beryn Bimtihan
Guru madrasah yang baru melek teknologi, ngetik masih pake 11 jari dan seringkali mematikan komputer dengan menekan power langsung he he he, padahal saya lahir di suatu tempat yang namanya sudah tertera di "google earth", dan di tempat kelahiran saya ini ada 5 pesantren (mungkin dalam waktu dekat akan nambah menjadi 6), tuan guru, ustaz, ustazah yang saban hari setiap selesai salat 5 waktu selalu ada pengajian kitab kuning, tapi ironisnya perilaku masyarakatnya (terutama pemuda) bertolak belakang dengan "kenyataan" sebagai ikon kota santri... Di tempat kelahiranku ini, rentenir bergentayangan, pemuda putus sekolah tak terhingga, kebersihannya tak terurus, orang miskin menjadi pemandangan yang biasa, padahal para pejabat, dosen, peneliti dan para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah banyak yang berasal dari tempat kelahiran saya ini, namun yang paling ironis adalah para Tuan gurunya sering saling menjegal, dan pada akhirnya masyarakat umumlah yang selalu menjadi korban. Namun dalam pandangan objektifitasku, hal yang saya banggakan di tempat kelahiranku ini, yakni dinamisasi dan progresifitas masyarakat pada umumnya...bravo kota santri
Lihat profil lengkapku