Followers

My Blog

Anda pengunjung ke

Vocation

Vocation
Kota tua Ampenan [bukan sisa perang]
Diberdayakan oleh Blogger.

Vocation

Vocation
Sisi lain kota tua Ampenan
Senin, 07 September 2009

Catatan Ketjil dari Nyoenk

Sebelumnya saya mohon ampun [he he bahasa melayu..] karena baru sekarang [mungkin setelah 3 tahun] baru saya jawab “catatan ketjil” pelungguh. Ini pun terjadi sungguh sangat kebetulan. Saya lagi bongkar-bongkar file untuk bahan tulisan, eh ketemu file ”polemik” ini, jadi ya... dari pada tidak dijawab akhirnya saya jawab sekarang aja dari pada terlambat [?!] iya kan? kaaaan.
Terlebih dahulu saya ingin menjelaskan yang dimaksud dengan “Abstraksi”. Secara umum abstraksi memuat kilasan tentang, pertama “apa yang menjadi” concern dalam penelitian (masalah penelitian). Kedua, Abstarksi bertujuan mempengaruhi untuk “menyelam” lebih dalam terhadap fokus penelitian, Oleh karenanya dalam menulis abstraksi dianjurkan menggunakan kata-kata yang simpel dan bisa menjadi pusat perhatian pembaca. Selain itu boleh menggunakan redaksi yang “sedikit” provokatif.

Kiranya Pelungguh perlu membaca lebih dalam tentang hasil penelitian saya, karena dari beberapa catatan kecil tersebut sudah saya tuangkan atau saya tulis dalam beberapa paragraf dan bab.

Mari kita cermati lebih jauh tentang isi tesis saya dan sedikit ”kekisruhan” ini ... sebenarnya penyebaran pemahaman dan pemikiran "wahabi" di indonesia bukan dimulai dari sejak era reformasi bergulir. Namun, sejak jauh hari sebelum indonesia merdeka...(lihat, Proses Transmisi Wahabisme... hal 75)

Yup...itu sangat benar adanya, namun saya dalam penelitian ini tidak memotong kompas dengan menyatakan wahabi muncul [datang] ke Indonesia setelah reformasi, di bab III saya kemukakan bahwa wahabi secara gerakan muncul ketika terjadi persinggungan ”resmi” antara orang Indonesia dengan ”Saudi” dengan MOU pendirian cabang ketiga Ibnu Su’ud University di dunia.

Adapun secara embriotik, kemunculan wahabi bisa dilihat dari sebelum terjadinya perang paderi [jika pelungguh punya kesempatan silahkan buka bukunya Azyumardi Azra ”Jaringan Ulama Nusantara”].
By the way, tesis saya penelitiannya dibatasai tahun yakni dari 1997 sampai dengan tahun 2000, jadi fokus utamanya ya perkembangan wahabi di tahun itu saja..

Nyoenk menulis:
(Om menulis) Dampak nyata dari mengarusnya ajaran wahabi ini di tengah etnik Sasak Lombok adalah munculnya eksklusivisme, keterbelahan secara sosial, dan penampakkan kekhasan identitas kelompok, seperti pakaian ‘resmi’,jubah, peci putih untuk laki-laki, kerudung besar dan cadar untuk perempuan, serta pembatasan interaksi perempuan mereka dengan masyarakat sekitar menimbulkan keresahan ideologis yang cukup meluas.

Catatan tiang, generalisasi om terlalu berani, karena sebenarnya bila kita mau berinteraksi dengan mereka, tidak akan ada masalah. Tetapi karena kecendrungan masyarakat kita yang sudah kadung mendengar hal-hal yang negatif tentang mereka, itulah yang membuat mereka terkesan eksklusivisme, pisah secara sosial dan lainnya. Adapun kecendrungan mereka menggunakan ciri pakaian khas, saya rasa di komunitas lain juga banyak yang seperti itu. Lihat misalnya ciri khas penganut Thariqat Naqsyabandiyah, atau mungkin yang lebih umum seperti ciri khas kaum pesantren yang identik dengan sarung, kopiah dan lainnya.
Adapun anggapan bahwa perempuan mereka membatasi diri dalam beriteraksi dengan masyarakat, saya rasa itu anggapan yang berlebihan, sebab setahu saya mereka hanya tidak ingin perempuan-perempuan muslim untuk tidak terlalu lepas dan bebas dalam berinteraksi dengan lawan jenis, bukan dengan masyarakat secara umum, yang disitu ada perempuan, anak-anak dan lainnya. Bahkan dalam keadaan-keadaan tertentu interaksi mereka dengan laki-laki yang bukan muhrim juga tidak bisa mereka elakkan, seperti dalam jual beli dan lainnya. Jadi, generalisasi seperti yang om gambarkan saya rasa terlalu berlebihan.


Jawab: Yang saya sebutkan di atas berbicara tentang fakta ”persinggungan masyarakat sasak dengan wahabi kelompok ketiga [di tesis ini saya membagi kelompok wahabi menjadi 3 bagian berdasarkan tempat transformasi pengetahuan kewahabiyahan mereka serap]”, berdasarkan pada beberapa kasus kekerasan yang terjadi di beberapa tempat, baik yang tercover media atau tidak [hasil wawancara langsung dengan dengan nara sumber].

Ini dulu deh nanti kita sambung lagi...
read more "Catatan Ketjil dari Nyoenk"

About Me

Foto Saya
Beryn Bimtihan
Guru madrasah yang baru melek teknologi, ngetik masih pake 11 jari dan seringkali mematikan komputer dengan menekan power langsung he he he, padahal saya lahir di suatu tempat yang namanya sudah tertera di "google earth", dan di tempat kelahiran saya ini ada 5 pesantren (mungkin dalam waktu dekat akan nambah menjadi 6), tuan guru, ustaz, ustazah yang saban hari setiap selesai salat 5 waktu selalu ada pengajian kitab kuning, tapi ironisnya perilaku masyarakatnya (terutama pemuda) bertolak belakang dengan "kenyataan" sebagai ikon kota santri... Di tempat kelahiranku ini, rentenir bergentayangan, pemuda putus sekolah tak terhingga, kebersihannya tak terurus, orang miskin menjadi pemandangan yang biasa, padahal para pejabat, dosen, peneliti dan para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah banyak yang berasal dari tempat kelahiran saya ini, namun yang paling ironis adalah para Tuan gurunya sering saling menjegal, dan pada akhirnya masyarakat umumlah yang selalu menjadi korban. Namun dalam pandangan objektifitasku, hal yang saya banggakan di tempat kelahiranku ini, yakni dinamisasi dan progresifitas masyarakat pada umumnya...bravo kota santri
Lihat profil lengkapku